KhutbahJumat Bahasa Jawa; Khutbah Jumat Bahasa Sunda; Beranda » Akhir Zaman. Tag: Akhir Zaman. Materi Khutbah Jumat: 4 Bekal Menghadapi Fitnah Akhir Zaman. Abdul Halim Tri Hantoro, S.Pd.I. Jahiliyah Sebagai Sebuah Kondisi dan Sifat, Tidak Terbatas Pada Identitas Zaman dan Waktu. Sodiq Fajar.
4 Bekal Umat Beriman Menghadapi Fitnah Akhir ZamanPertama Meminta Perlindungan Kepada AllahKedua Bersabar Saat MenghadapinyaKetiga Bersegera Melakukan KetaatanKeempat Memohon Kematian yang Baik Materi Khutbah Jumat 4 Bekal Menghadapi Fitnah Akhir Zaman Oleh Abdul Halim Tri Hantoro * Link download materi khutbah ada di akhir artikel. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَأَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَمَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَصَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَإِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَالْوَفَا. عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Marilah kita panjatkan puji syukur kita ke hadirat Allah azza wajalla karena pada siang hari ini kita masih diberikan karunia untuk melakukan shalat Jumat secara berjamaah. Ini adalah indikator ketakwaan kita kepada Allah azza wajalla. Shalawat dan salam tetap Allah azza wajalla limpahkah kepada Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. yang dengan risalah yang dibawanya, sanggup mengantarkan umatnya pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Marilah kita tingkatkan takwa kepada Allah azza wajalla dengan cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. QS. Ali Imran 102 Materi Khutbah Jumat 5 Karakter Penghuni Surga Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Zaman yang sedang dijalani orang beriman saat ini merupakan zaman yang sarat akan fitnah. Banyak pesan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mengenai fitnah di akhir zaman yang sangat cocok menggambarkan zaman yang sedang kita lalui saat ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا “Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang di pagi harinya beriman dan di sorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia.” HR. Muslim Dalam hadits lainnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي وَمَنْ يُشْرِفْ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ. “Akan terjadi berbagai fitnah, maka seorang yang duduk dalam perkara itu tidak ikut lebih baik dari orang yang berdiri, dan yang berdiri lebih baik dari yang berjalan menyongsongnya, dan yang berjalan masih lebih baik dari yang berlari padanya, barangsiapa yang larut padanya akan terjebak, maka barangsiapa yang dapat menghindar melarikan diri darinya hendaklah dia lakukan.” HR. Al-Bukhari Ini merupakan zaman di mana Allah subhanahu wata’ala menguji orang-orang beriman. Siapa di antara mereka yang terseret arus besar fitnah akhir zaman, dan siapa di antara mereka yang mampu teguh dan sabar. Dari Abu Tsa’labah al-Khusyani, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ. قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْهُمْ؟ قَالَ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ “Sesungguhnya setelah kalian akan datang hari-hari kesabaran, orang yang sabar pada hari itu bagaikan orang yang menggenggam bara, orang yang beramal tatkala itu memperoleh pahala lima puluh orang yang beramal seperti amalannya,” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lima puluh orang di antara mereka?” Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Tidak, tapi lima puluh dari kalangan kalian.” HR. Abu Dawud No. 3778; HR. At-Tirmizi No. 2984; dan HR. Ibnu Majah No. 4004 Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Menurut Ibnu Arabi, pengertian fitnah adalah الفِتْنَةُ الإِخْتِبَارُ، وَالفِتْنَةُ المِحْنَةُ، وَالفِتْنَةُ المَالُ، وَالفِتْنَةُ الأَوْلاَدُ، وَالفِتْنَةُ الكُفْرُ، وَالفِتْنَةُ اخْتِلاَفُ النَّاسِ بِالآرَاءِ “Fitnah bermakna ujian, fitnah bermakna cobaan, fitnah bermakna harta, fitnah bermakna anak-anak, fitnah bermakna kekafiran, fitnah bermakna perselisihan pendapat di antara manusia.” Linasul Arab, Ibnu Mandzur al-Ifriqi, 13/317 Materi Khutbah Jumat Kuatkan Tsiqah kepada Allah di Masa Wabah Bahkan, banyaknya pembunuhan dan kematian juga termasuk fitnah akhir zaman. Sebagaimana Nabi pernah bersabda, إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فِيهَا الْعِلْمُ وَيَكْثُرُ فِيهَا الْهَرْجُ وَالْهَرْجُ الْقَتْلُ. “Menjelang datangnya hari Kiamat ada hari-hari dimana kebodohan diturunkan, ilmu diangkat, dan banyak terjadi Al-Harj. Al-Harj itu adalah pembunuhan.” HR. Al-Bukhari Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa salah satu tanda akhir zaman adalah banyaknya kematian yang terjadi secara mendadak. Rasulullah bersabda, عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ مِنِ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ أَنْ يُرَى الْهِلالُ قِبَلا، فَيُقَالُ لِلَيْلَتَيْنِ، وَأَنْ تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدَ طُرُقًا، وَأَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجَاءَةِ Dari Anas bin Malik, dia meriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Di antara dekatnya hari kiamat, hilal akan terlihat nyata sehingga dikatakan ini tanggal dua’, masjid-masjid akan dijadikan jalan-jalan, dan munculnya banyaknya kematian mendadak.” HR. Thabrani 4 Bekal Umat Beriman Menghadapi Fitnah Akhir Zaman Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Melihat realita derasnya arus fitnah akhir zaman ini berikut dahsyatnya tiupan badainya, tidak ada pilihan bagi orang yang beriman melainkan berusaha dengan mujahadah puncak untuk bisa tsabat teguh di atas agama Allah yang telah kita yakini kebenarannya dan telah diyakini akan mengantarkan siapa saja yang meniti di atasnya, yaitu kepada Jannah Allah azza wajalla. Lalu, bagaimanakah cara kita bisa melewati arus dan badai fitnah akhir zaman ini sehingga bisa mengantarkan kita kepada ujung yang membahagiakan? Materi Khutbah Jumat 3 Nikmat Allah yang Sering Diabaikan Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Pertama Meminta Perlindungan Kepada Allah Seorang muslim hendaklah kembali kepada Allah azza wajalla dan senantiasa meminta perlindungan kepada-Nya dalam menghadapi fitnah. Sesungguhnya kapan saja seorang muslim menghadapkan dirinya kepada Allah azza wajalla dalam meminta pertolongan, menggantungkan harapan, melambungkan keinginan maka Allah azza wajalla menjaganya, melindunginya dan meneguhkannya di atas jalan Islam. Oleh karenanya, beliau selalu memohon perlindungan kepada Allah azza wajalla dan memerintahkan umatnya untuk mengerjakannya. أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ النَّارِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْغِنَى وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْفَقْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ “Nabi shallallahu alaihi wasallam biasa meminta perlindungan dengan membaca Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah neraka dan siksa neraka, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kubur dan siksa kubur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kekayaan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kefakiran dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Dajjal.” HR. Al-Bukhari No. 5899 Beliau juga bersabda, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau mengatakan, كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَدْعُو اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdoa, Ya Allah aku meminta perlindungan padamu dari azab kubur, dan dari azab neraka dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian dan dari fitnah al-Masih Dajjal.” HR. Al-Bukhari Materi Khutbah Jumat 9 Pengaruh Maksiat Terhadap Kehidupan Seseorang Ibnu Bathal rahimahullah berkata ketika menjelaskan doa Nabi Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, “Ini adalah kalimat yang Jami’ konprehensif karena memiliki berbagai macam makna. Maka seyogyanya seseorang berharap kepada Allah untuk mengangkat ujian yang telah terjadi dan menolak ujian yang belum terjadi.” Beliau melanjutkan penjelasannya, “Hendaknya ia merasa butuh kepada Allah azza wajalla dengan doa-doa tersebut, karena Nabi shallallahu alaihi wasallam juga berdoa kepada Allah agar semua fitnah tersebut tidak menimpa umatnya.” Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 12/468 Kedua Bersabar Saat Menghadapinya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan, tidak ada obat bagi fitnah kecuali sabar, karena sabar merupakan penempa seseorang dan pembersih dirinya dari dosa sebagaimana pembakaran merupakan tempaan untuk menghasilkan perhiasan emas dan perak. Fitnah itu tempaan untuk menghasilkan seorang mukmin yang jujur. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Ighatsatul Lahfan, 2/162 Allah azza wajalla berfirman وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ “Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” QS. Al-Ankabut 30 Seorang mukmin tidak akan dibiarkan menikmati keimanannya tanpa terlebih dahulu diberikan ujian dan cobaan atau fitnah. Dengan itu akan diketahui siapa di antara mereka yang jujur dalam keimanannya dan siapa yang dusta dalam keimanannya. Fitnah yang ditimpakan kepada umat akhir zaman ini bukanlah satu-satunya fitnah akan tetapi ia merupakan sunnatulloh yang juga diperjalankan terhadap umat-umat terdahulu. Allah azza wajalla berfirman, أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi?” QS. Al-Ankabut 2 Imam az-Zamakhsyari mengatakan, apakah orang-orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisan-lisan mereka, dan menampakkan keimanan itu akan dibiarkan Allah tanpa diuji terlebih dahulu? Bahkan Allah benar-benar akan menguji mereka dengan berbagi macam ujian sehingga kesabaran mereka tinggi, kaki-kaki mereka kuat, akidah mereka benar dan niat mereka itu tulus. Agar kelak bisa diketahui siapakah yang ikhlas dan yang tidak ikhlas, siapakah yang teguh dan lemah. Al-Imam Zamakhsyari, Tafsir Al-Kassyaf, 3/345 Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Ketiga Bersegera Melakukan Ketaatan Sesungguhnya menyibukkan diri dengan ketaatan dan bersegera menuju peribadatan kepada Allah saat fitnah akhir zaman terjadi merupakan faktor besar yang mendukung seorang mukmin bisa tsabat teguh di jalan Allah azza wajalla. Karena ibadah itu merupakan tali pengikat antara seorang hamba dengan Rabbnya yang akan melindungi dan menjaganya dari fitnah. Ibadah juga dapat menguatkan iman seseorang sehingga tiada lagi jalan bagi fitnah untuk menyusup ke dalam hati yang dipenuhi dengan keimanan. Allah azza wajalla berfirman وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” QS. Ali-Imran 133 Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga menghasung umatnya untuk segera melakukan amal saleh saat terjadi fitnah dalam sabdanya, بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا “Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang di pagi harinya beriman dan di sorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia.” HR. Muslim Artikel Tsaqafah Gempa Bumi di Zaman Rasulullah, Apakah Benar Pernah Terjadi? Bersegera dalam beramal saleh dan berlomba-lomba dalam ketaatan merupakan perkara yang dicintai oleh Allah azza wajalla untuk dilakukan di setiap waktu dan keadaan meskipun fitnah belum menimpa. Oleh karena itu Allah azza wajalla memuji para Nabi-Nya lantaran kecekatan mereka dalam beramal saleh. Allah subhanahu wata’ala berfirman, وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ “Dan ingatlah kisah Zakaria, ketika dia berdoa kepada Rabbnya, “Wahai Rabbku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri tanpa keturunan dan Engkaulah ahli waris yang terbaik.” QS. Al-Anbiya 89 فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ “Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” QS. Al-Anbiya’ 90 Kalau bersegera beramal dalam kondisi normal saja begitu diperintahkan, apalagi jika kondisinya sudah banyak fitnah yang menimpa manusia, tentu ia lebih ditekankan lagi. Nabi Muhammad pernah memerintahkan istri-istrinya untuk bersegera menegakkan shalat dan menyibukkan diri dengan ibadah tatkala fitnah muncul, agar Allah azza wajalla memberikan kekuatan untuk menghadapinya dan keluar dari bahayanya. Dari Ummu Salamah radhiallahu anha bahwa pada suatu malam Nabi Nabi shallallahu alaihi wasallam terbangun lalu bersabda, سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنْ الْفِتْنَةِ مَاذَا أُنْزِلَ مِنْ الْخَزَائِنِ مَنْ يُوقِظُ صَوَاحِبَ الْحُجُرَاتِ يَا رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الْآخِرَةِ “Subhanallah Maha suci Allah, fitnah apakah yang diturunkan pada malam ini? Dan apa yang diturunkan pada dua perbendaharaan/kekayaan Romawi dan Parsi? Siapa yang membangunkan orang-orang yang ada di kamar-kamar maksudnya istri-istrinya?, karena betapa banyak orang hidup menikmati nikmat-nikmat dari Allah di dunia ini namun akan telanjang nanti di akhirat tidak mendapatkan kebaikan.” HR. Al-Bukhari Menyibukkan diri dengan ibadah di zaman penuh fitnah juga memiliki faedah besar, الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ “Beribadah di masa haraj sulit, seperti berhijrah kepadaku.” HR. Muslim No. 2948 Ibnu Rajab Al-Hanbali menjelaskan, sebab dari mendapatkan keutamaan itu adalah kebanyakan manusia pada zaman fitnah selalu memperturutkan hawa nafsunya dan tidak mau kembali kepada agama. Kondisi mereka sebagaimana orang Jahiliyah zaman dahulu. Beliau melanjutkan, maka apabila di antara mereka ada seseorang yang mau berpegang teguh kepada agamanya dan menyembah Rabbnya, mencari ridha-Nya dan menjauhi murka-Nya, itu seperti halnya orang yang berhijrah dari komunitas Jahiliyah menuju Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beriman kepadanya, menaati perintah dan menjauhi larangannya. Ibnu Rajab Hanbali, Lathaiful Ma’arif, 156 Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Keempat Memohon Kematian yang Baik Tidak bisa dipungkiri bahwasanya fitnah akhir zaman adalah ujian besar yang menimpa diri dan hati orang beriman, bahkan sampai pada keadaan hilangnya agama dan keimanan dari dirinya kafir/murtad, dan itu adalah kerugian yang amat besar. Maka yang paling baik bagi seorang mukmin adalah memohon kepada Allah agar bisa diberikan kematian yang baik, yaitu mati tetap teguh di atas agama Islam. Karena mati dalam keadaan Islam itu lebih baik dari pada hidup kehilangan iman. Oleh karenanya baginda Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda اثْنَتَانِ يَكْرَهُهُمَا ابْنُ آدَمَ الْمَوْتُ وَالْمَوْتُ خَيْرٌ لِلْمُؤْمِنِ مِنْ الْفِتْنَةِ وَيَكْرَهُ قِلَّةَ الْمَالِ وَقِلَّةُ الْمَالِ أَقَلُّ لِلْحِسَابِ “Dua hal yang dibenci oleh manusia; kematian padahal kematian itu lebih baik bagi orang mukmin dari pada fitnah dan benci sedikitnya harta padahal sedikitnya harta itu lebih ringan untuk hisab.” HR. Ahmad Sebagaimana juga ibunda Maryam berkata yang diabadikan dalam al-Quran فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma, dia berkata Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.’” QS. Maryam 23 Sesungguhnya ibunda Maryam takut akan omongan atau cemoohan manusia. Ia juga takut kalau tidak kuat berpegang kepada agama dan bersabar atas ujian di dalamnya. Oleh karena itu, ia meminta kematian kepada Allah sebelum fitnah itu datang. Artikel Sejarah Goresan Api Fitnah dalam Lembaran Sejarah Islam Imam Ibnu Katsir menjelaskan, ayat di atas menjadi dalil bolehnya berangan-angan mati saat terjadi fitnah. Ibunda Maryam mengetahui bahwasanya ia akan diuji oleh Allah dengan bayi yang akan dikandungnya, dan manusia akan banyak yang tidak percaya tentang berita bahwa bayi dalam kandungannya itu adalah calon Nabiyullah. Oleh karena itu ia berucap, “Duhai andaikan…” Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, 3/189 Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Demikian materi khutbah Jumat tentang 4 bekal menghadapi fitnah akhir zaman yang dapat kami sampaikan pada siang hari yang berbahagia ini. semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita kekuatan untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta melindungi kita semua dari pedihnya fitnah akhir zaman ini. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. KHUTBAH KEDUA أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ Download PDF Materi Khutbah Jumat di sini DOWNLOAD PDF Semoga bermanfaat!
SimpanSimpan Khutbah Jumat Fitnah Akhir Zaman Untuk Nanti. 0 penilaian 0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara) 303 tayangan 8 halaman. Khutbah Jumat Fitnah Akhir Zaman. Diunggah oleh zen.metro. Rasulullah menjawab, Mereka adalah orang seperti kita dan berbicara dengan bahasa kita. (Al Hadis).
Khutbah Jum’at Kiat Menghadapi Fitnah Akhir Zaman ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 7 Sya’ban 1440 H / 11 April 2019 M. Khutbah Pertama – Khutbah Jum’at Kiat Menghadapi Fitnah Akhir Zaman إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ Ummatal Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para Rasul untuk membimbing kita kepada jalanNya yang lurus. Allah memerintahkan kita untuk mengikuti jalan tersebut dan Allah melarang untuk mengikuti jalan-jalan yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٥٣﴾ “dan bahwa inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” QS. Al-An’am[6] 153 Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam suatu ketika, kata Abdullah bin Mas’ud, membuat sebuah garis yang lurus kemudian beliau membuat garis di kanan dan kirinya, garis-garis yang kecil. Kemudian Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam menunjuk garis yang lurus tersebut seraya beliau membawakan ayat yang tadi. وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ “dan bahwa inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia” Kemudian Rasulullah menunjuk jalan-jalan yang ada di samping kanan dan kirinya, وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ “jangan kamu mengikuti jalan-jalan yang lain tersebut” Lalu Allah menyebutkan mengapa kita dilarang untuk mengikuti jalan-jalan selain jalan yang lurus? فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ “niscaya jalan-jalan tersebut akan memecah belah kalian, mencerai-beraikan kalian daripada jalanNya yang lurus tersebut.” Jalan itu tiada lain adalah jalan yang dipancangkan oleh Allah dan RasulNya. Jalan yang Allah telah wahyukan di dalam Al-Qur’an Al-Karim dan telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Inilah jalan yang dilalui oleh para Sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dimana mereka tidak sama sekali condong ke kanan atau ke kiri. Maka para Sahabat lah yang paling paham tentang jalan-jalan tersebut. Kemudian estafet pun dilanjutkan oleh generasi berikutnya yang terbaik setelah para Sahabat. Yaitu para Tabi’in, kemudian setelahnya pada Tabi’ut Tabi’in. Itulah jalan yang telah Allah gariskan kepada kita saudaraku sekalian. Kewajiban kita untuk mengikuti jalan tersebut. Jalan yang senantiasa kita minta kepada Allah dalam shalat kita اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾ “Berikan kami hidayah kepada jalan yang lurus,” QS. Al-Fatihah[1] 6 Siapa jalan yang lurus tersebut? صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ “Yaitu jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat atas mereka.” Siapa orang-orang yang diberikan nikmat tersebut? Allah menyebutkan dalam surat yang lain وَمَن يُطِعِ اللَّـهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَـٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّـهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَـٰئِكَ رَفِيقًا ﴿٦٩﴾ “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” QS. An-Nisa'[4] 69 Banyak ulama tafsir menafsirkan, bahwasannya yang paling tepat untuk masuk dalam para shiddiiqiin, syuhada, dan orang-orang shalih adalah para Sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka itulah jalan yang dilalui oleh Rasulullah dan para Sahabatnya. Yang Rasulullah pun juga memerintahkan umatnya untuk mengikutinya sebagaimana dalam hadits yang masyhur ketika Rasulullah mengabarkan umat Islam terpecah belah menjadi 73 golongan, Rasulullah mengabarkan bahwa yang satu di surga dan 72 di neraka. Ketika Rasulullah ditanya siapa yang satu tersebut, kata Rasulullah, “Al-Jama’ah” Siapa Al-Jama’ah? مَا أَنَا عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِي “Yang aku dan para Sahabatku di atasnya.” Perhatikanlah ya Ummatal Islam, ketika Allah menyebutkan dalam surat Al-An’am surat 153 tadi, “Inilah jalan-Ku yang lurus, ikutilah. Jangan kamu ikuti jalan-jalan yang lainnya. Niscaya jika kamu mengikuti jalan-jalan selain jalan yang lurus itu, itu akan memecah belah kalian, mencerai beraikan kalian dari jalan yang lurus.” Ini memberikan kepada kita sebuah pemahaman yang agung, bahwa siapapun yang tidak mau mengikuti jalannya Rasulullah dan para Sahabatnya, ia pasti bercerai-berai, ia pasti berpecah-belah. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا “Berpeganglah kalian semuanya kepada tali Allah dan jangan bercerai berai.” QS. Ali-Imran[3] 103 Allah menyuruh kita semuanya berpegang kepada tali Allah, sedangkan tali Allah itu Al-Quran dan hadits. Lalu Allah mengatakan, “Jangan bercerai berai.” Ini memberikan makna kepada kita bahwa orang yang tidak berpegang kepada Al-Qur’an dan hadits, ia pasti bercerai berai. Allah juga berfirman وَأَطِيعُوا اللَّـهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿٤٦﴾ “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” QS. Al-Anfal[8] 146 Allah memulai dengan ucapannya, “Taati Allah dan RasulNya.” Lalu Allah mengatakan, “Jangan berselisih.” Itu menunjukkan bahwa orang yang tidak mentaati Allah dan RasulNya pun tidak akan pernah bersatu padu. Mereka akan senantiasa berselisih dan berselisih. Ummatal Islam, Maka dari itulah, kewajiban kita seluruh umat Islam yang mengaku diri sebagai pengikut Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk menjalani jalan yang satu tersebut. Jalan Rasulullah dan para Sahabatnya. Karena itulah jalan satu-satunya keselamatan. Itulah jalan satu-satunya menuju surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka siapa yang tidak mau mengikuti jalan tersebut, jangan harap dia mendapatkan kebenaran yang hakiki. Oleh karena itu Al-Imam Al-Barbahari berkata ketika menyebutkan tentang hakikat kebenaran, kata beliau اعلموا أن الإسلام هو السنة والسنة هي الإسلام، ولا يقوم أحدهما إلا بالآخر “ketahuilah bahwa Islam adalah Sunnah ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Sunnah adalah Islam, masing-masing tidak dapat berdiri kecuali dengan yang lainnya” Dan termasuk sunnah adalah berpegang kepada Al-Jama’ah. Lalu beliau berkata, “Dan dasar pondasi yang dibangun diatasnya Al-Jama’ah, mereka adalah para Sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, merekalah yang disebut Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Siapa yang tidak mau mengambil dari mereka para Sahabat, sungguh sungguh ia pasti tersesat dan berbuat bid’ah.” Subhanallah.. Pernyataan dari seorang imam yang wafat pada tahun 329 Hijriyah. Dan semua Imam pun menyatakan demikian. Karena memang itulah perintah Allah dalam Al-Qur’an dan perintah RasulNya Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sebagaimana Imam Ath-Thahawi meriwayatkan dalam Syarh Musykil al-Atsar, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada para Sahabat إِنَّهَا سَتَكُوْنُ فِتْنَةٌ “Sesungguhnya akan terjadi fitnah.” Lalu kemudian ada seorang Sahabat bertanya, “wahai Rasulullah, disaat muncul fitnah-fitnah tersebut, apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Apa kata Rasulullah? تَرْجِعُوْنَ إِلَى أَمْرِكُمُ الْأَوَّلِ “Kembalilah kepada urusan kalian yang pertama.” Urusan yang pertama itu urusan yang dipegang oleh para Sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini nash yang sangat sharih jelas yang menunjukkan bahwa disaat terjadi fitnah-fitnah -dan ini kita hidup dizaman yang penuh dengan fitnah- Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Kembalilah kalian kepada urusan yang pertama.” Yaitu para Sahabat Rasulullah Shalawatullahi Alaihi wa Sallam. Inilah jalan yang lurus yang harus kita ikuti saudaraku sekalian. Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para Sahabatnya. Untuk senantiasa mengikutinya membutuhkan keilmuan yang dalam tentang jalan mereka. Maka kewajiban kita untuk menggali kitab-kitab para ulama yang menyebutkan tentang aqidah mereka, tentang ibadah mereka dengan sanad-sanad yang shahih. Kita berusaha untuk terus menuntut ilmu dan mengkaji tentang bagaimana sunnah Rasul dan para Sahabatnya. Sehingga kita menjadi orang-orang yang tertunjuki. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم Khutbah kedua – Khutbah Jum’at Kiat Menghadapi Fitnah Akhir Zaman الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ Demikian nasihat-nasihat para ulama terdahulu untuk senantiasa kita mengikuti Rasulullah dan para Sahabatnya. Ini dia Al-Imam Syafi’i, imam yang sangat masyhur di negeri kita ini. Hampir seluruh kaum Muslimin di negeri kita menisbatkan kepada madzhab beliau, mazhab Syafi’i. Beliau memuji para Sahabat sebagaimana disebutkan dalam riwayat Robi’ bin Sulaiman. Beliau mengatakan “Sungguh Allah telah memuji para Sahabat dalam Al-Qur’an dan melalui lisan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka para Sahabat diatas kita dalam setiap ilmu, dalam setiap pemahaman, istimbat, istidrak, akal dan waro’.” Lalu Imam Syafi’i berkata lagi, “Pendapat para Sahabat lebih terpuji untuk kita dan lebih layak untuk kita ikuti daripada pendapat kita sendiri.” Subhanallah, Al-Imam Syafi’i imam yang sangat masyhur. Semua kaum Muslimin pasti mengenal Imam Syafi’i. Bahkan Imam Baihaqi berkata, “Seluruh ulama setelah Syafi’i berhutang budi kepada Imam Syafi’i.” Ini semua karena setiap ilmu-ilmu yang kita pelajari, sepatu ilmu hadits, ilmu ushul fiqih, Imam Syafi’i lah yang pertama kali mencetuskannya. Ternyata Imam Syafi’i Rahimahullah memberikan kepada kita sebuah kaidah yang agung. Yaitu mengikuti pemahaman para Sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka Al-Imam Ibnul Qayyim dan para ulama menyebutkan bahwasannya dalil menurut Imam Syafi’i adalah yang pertama Al-Qur’an, yang kedua hadits yang shahih, yang ketiga ijma’ para ulama, yang keempat qiyas jali dan qiyas yang shahih, kemudian yang kelima yaitu perkataan Sahabat Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam. Sampai-sampai Imam Syafi’i menganggap apabila seorang Sahabat berpendapat dan tidak ada Sahabat lain yang menyelisihinya, maka itu hujjah atau dalil. Subhanallah, saking Imam Syafi’i mengagungkan para Sahabat. Demikianlah saudaraku sekalian, inilah jalan yang harus kita lalui, inilah pemahaman yang harus kita ikuti, pemahaman para Sahabat Nabi Shalawatullahi Alaihim wa Salamuh. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اللهُمَّ اجْعَلنَا مِن التَّوَّابِين اللهُمَّ اجْعَلنَا مِن المتَّقِين اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ عباد الله إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾ فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر. Download Khutbah Jum’at Singkat Kiat Menghadapi Fitnah Akhir Zaman Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau Google+ Anda. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.
MateriKhutbah Jumat: 4 Bekal Menghadapi Fitnah Akhir Zaman | Khutbah Jumat terbaru ini membahas bekal muslim menghadapi fitnah akhir zaman. Akidah; Adab; Sejarah; Konsultasi; Khutbah Jumat. Khutbah Jumat Bahasa Jawa; Khutbah Jumat Bahasa Sunda; Beranda » Materi Khutbah » Materi Khutbah Jumat » Materi Khutbah Jumat: 4 Bekal Menghadapi adalah situs online yang menyajikan berbagai macam kajian Islam dan solusi syariah terhadap permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi di tengah masyarakat muslim Indonesia.PWGmbfd.